Kebidanan.umsida.ac.id – Penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus dan hipertensi, telah lama dikenal sebagai ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren ini mulai bergeser, dengan semakin banyak remaja yang terpapar risiko penyakit ini. Pola hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan cepat saji, serta paparan stres yang tinggi, menjadi faktor pemicu utama. Penelitian yang dilakukan pada anggota Karang Taruna Desa Ketegan, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, mengungkapkan fakta mengejutkan: dari 31 remaja yang diperiksa, enam di antaranya menunjukkan tekanan darah tinggi, dan lima lainnya memiliki kadar glukosa darah di atas normal.
Baca juga: Kombinasi Calf Raise dan Core Stability: Solusi Optimal Meningkatkan Keseimbangan Tubuh
Kondisi ini bukan hanya menjadi masalah medis, tetapi juga sosial. Tingkat kesadaran yang rendah terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin memperburuk situasi ini. Banyak remaja yang belum memahami bahwa hipertensi atau kadar gula darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti penyakit jantung dan kerusakan organ. Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran akan gaya hidup sehat sejak dini agar generasi muda dapat menikmati masa depan yang lebih berkualitas.
Sumber AI
Edukasi dan Pencegahan Penyakit Degeneratif di Usia Muda
Penelitian dan kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menjadi contoh nyata bagaimana edukasi kesehatan dapat memberikan dampak positif. Dalam kegiatan ini, para remaja diberikan penyuluhan mengenai gejala, pencegahan, serta terapi penyakit degeneratif. Selain itu, mereka juga menjalani pemeriksaan tekanan darah dan kadar glukosa darah untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka secara langsung.
Hasilnya, para peserta menyadari pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin, bahkan ketika merasa sehat. Mereka mulai memahami bahwa deteksi dini adalah langkah krusial dalam mencegah komplikasi. Edukasi yang dilakukan juga mencakup informasi tentang pentingnya diet seimbang, olahraga teratur, serta pengelolaan stres. Hal ini menjadi bukti bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat meningkatkan kesadaran kesehatan secara signifikan.
Namun, tantangan masih ada. Faktor budaya, kurangnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil, serta minimnya akses informasi menjadi kendala yang harus diatasi. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem kesehatan yang lebih baik.
Membangun Generasi Peduli Kesehatan
Penyakit degeneratif mungkin tidak sepenuhnya dapat dicegah, tetapi risiko dan dampaknya bisa diminimalkan melalui perubahan gaya hidup. Generasi muda harus diajarkan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini, bukan hanya untuk mereka sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat di masa depan. Kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan rutin, penyuluhan, dan kampanye gaya hidup sehat harus menjadi bagian dari program wajib di setiap komunitas.
Baca juga: Kuliah Tamu Fikes Umsida, Kupas Tuntas Mekanisme Biomolecular dalam Fisioterapi
Selain itu, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan edukasi kesehatan. Aplikasi kesehatan, media sosial, dan platform digital lainnya bisa menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan informasi dan membangun kesadaran. Dengan pendekatan ini, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami pentingnya kesehatan, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat.
Kesimpulannya, langkah-langkah seperti yang dilakukan di Desa Ketegan harus menjadi inspirasi bagi komunitas lainnya. Dengan meningkatkan edukasi, menyediakan fasilitas kesehatan, dan membangun kesadaran kolektif, kita bisa mengurangi prevalensi penyakit degeneratif di kalangan remaja dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif.
Sumber: Galuh Ratmana Hanum DETEKSI DINI PENYAKIT DEGENERATIF PADA REMAJA ANGGOTA KARANG TARUNA
Penulis: Ayunda H