Kebidanan.Umsida.ac.id – Menemukan keterkaitan faktor-faktor risiko dengan kejadian hiperemesis gravidarum (HG) merupakan terobosan penting dalam dunia kebidanan. Melalui studi observasional berbasis populasi yang dilakukan tim dosen Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, ditemukan keunggulan signifikan dari pendekatan penelitian ini dalam mengungkap dimensi risiko HG secara terukur dan akurat.
Baca Juga : Lebih Stabil untuk Gula Darah, Kebidanan Umsida Ungkap Suntik Kombinasi Jadi Pilihan Aman Kontrasepsi
Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah, tetapi juga menjadi acuan strategis bagi tenaga kesehatan dalam deteksi dini dan pencegahan HG.
Pendekatan Case Control yang Komprehensif dan Representatif

Salah satu keunggulan utama dari penelitian ini terletak pada desain metodenya yang berbasis case control. Dengan menyertakan 240 sampel (120 kasus HG dan 120 kontrol tanpa HG), penelitian ini memiliki kekuatan analisis yang kuat dan representatif. Data diperoleh dari dua rumah sakit besar di Sidoarjo, yaitu RSUD Sidoarjo dan RS Bhayangkara Porong, selama periode Oktober hingga Desember 2022.
Peneliti menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang ketat dengan variabel terukur seperti usia ibu, paritas, usia kehamilan, pekerjaan, pendidikan, jarak kehamilan, status anemia, dan indeks massa tubuh (BMI). Pendekatan ini memastikan bahwa data yang dianalisis memiliki validitas internal yang tinggi dan relevan secara klinis.
Metode statistik yang digunakan juga menjadi nilai tambah, yakni analisis bivariat dengan uji chi-square dan perhitungan odds ratio (OR) yang dilengkapi dengan confidence interval (CI) 95%. Ini memungkinkan interpretasi yang presisi terhadap kekuatan hubungan antar variabel. Sebagai contoh, ditemukan bahwa ibu hamil trimester pertama memiliki risiko 49,63 kali lebih besar mengalami Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan mereka yang berada di trimester dua atau tiga.
Kejelasan Temuan Risiko yang Mendalam dan Berdampak Luas
Hasil dari penelitian ini menyoroti sejumlah variabel yang memiliki korelasi kuat dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum. Di antaranya:
-
Usia Ibu: Risiko HG meningkat pada usia <20 dan >35 tahun, dengan OR sebesar 0,38.
-
Paritas: Ibu hamil pertama (primigravida) berisiko 2,14 kali lebih besar mengalami HG.
-
Usia Kehamilan: Trimester pertama menjadi periode paling rentan, dengan risiko tertinggi.
-
Pekerjaan: Ibu yang tidak bekerja memiliki risiko 2,34 kali lebih besar terkena HG.
-
Jarak Kehamilan: Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun atau nulipara meningkatkan risiko sebesar 2,17 kali.
-
Anemia: Ibu dengan anemia memiliki kemungkinan 2,36 kali lebih tinggi mengalami HG.
-
BMI Tidak Ideal: Status gizi yang tidak seimbang meningkatkan risiko HG sebesar 2,22 kali.
Temuan-temuan ini memiliki relevansi besar terhadap praktik klinis karena menunjukkan bahwa risiko HG bukan hanya dipicu oleh faktor biologis, tetapi juga sosial dan gaya hidup. Fakta bahwa pendidikan ibu tidak memiliki hubungan signifikan juga menjadi catatan penting, menggeser fokus intervensi ke faktor-faktor lain yang lebih mendasar.
Lebih jauh lagi, hasil ini membuktikan bahwa deteksi dini Hiperemesis Gravidarum harus dilakukan secara multidimensional, tidak cukup hanya dengan mengandalkan gejala umum seperti mual dan muntah, tetapi juga mempertimbangkan profil sosial dan medis ibu hamil secara holistik.
Kontribusi Strategis bagi Dunia Kebidanan dan Pelayanan Kesehatan
Dari sisi aplikatif, penelitian ini menawarkan nilai strategis yang besar. Tenaga kesehatan, khususnya bidan, dapat menggunakan temuan ini sebagai panduan untuk menyusun program edukasi dan skrining berbasis risiko. Dengan mengetahui profil ibu hamil yang lebih rentan terhadap Hiperemesis Gravidarum, intervensi bisa dilakukan lebih awal, sehingga mencegah komplikasi serius seperti dehidrasi berat, defisiensi nutrisi, anemia, bahkan kematian ibu dan janin.
Studi ini juga menunjukkan pentingnya pemantauan indeks massa tubuh dan penanganan anemia secara terintegrasi dalam layanan antenatal. Peran keluarga dan lingkungan sosial juga perlu dilibatkan, mengingat status pekerjaan dan isolasi sosial ibu rumah tangga menjadi salah satu pemicu Hiperemesis Gravidarum.
Dari sisi ilmiah, penelitian ini memperkuat literatur lokal tentang Hiperemesis Gravidarum yang selama ini masih minim di Indonesia. Dengan pendekatan berbasis data sekunder dari dua rumah sakit besar dan analisis statistik yang komprehensif, riset ini layak menjadi rujukan untuk penelitian lanjutan yang menggunakan data primer atau rancangan kohort jangka panjang.
Baca Juga : Kebidanan Umsida Ungkap Olahraga Teratur Kurangi Risiko Dismenorea pada Remaja Putri
Penelitian ini menunjukkan keunggulan dalam metodologi, ketajaman analisis, serta kontribusi strategis terhadap praktik kebidanan. Dengan mengidentifikasi faktor risiko hiperemesis gravidarum secara mendalam, studi ini tidak hanya memperkaya ilmu kebidanan, tetapi juga membekali tenaga kesehatan dengan dasar yang kuat untuk deteksi dini dan pencegahan Hiperemesis Gravidarum.
Sumber : Rafhani Rosyidah