Di era millennial sekarang ini hampir semua kalangan tidak terlepas dari gadget. Memasuki era Revolusi 4.0, semua aspek di kehidupan saat ini tidak dapat dipisahkan dari teknologi (era android) atau yang disebut juga era reformasi digital. Begitupun dengan peran generasi muda penerus bangsa. Akses informasi dari teknologi android pun bisa dilakukan darimana saja dan kapanpun. Peran serta generasi muda ini juga tak kalah penting dalam pembangunan bangsa. Akses informasi dan pengetahuan yang baik diharapkan juga mampu membentuk pribadi generasi muda yang mana dapat menjadi agents of change di masyarakat nantinya.
Mahasiswa di dunia kesehatan juga tak luput dari tanggungjawab sebagai agents of change di masyarakat khususnya di bidang kesehatan. Tantangan Mahasiswa Kebidanan menghadapi era reformasi digital ini juga tak kalah penting. Sebelum terjun menjadi bidan komunitas di masyarakat, seorang mahasiswa kebidanan juga dituntut untuk menjadi pribadi yang berperilaku hidup bersih dan sehat. “Dimulai dari diri sendiri dulu…” ungkap Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur, drg Sulvy Dwi Anggraeni M Kes pada kuliah tamu yang diadakan Selasa 08 Januari 2019 kemarin.
Presiden Indonesia yang akrab disapa Bapak Jokowi mempunyai 9 Nawa Cita dalam programnya untuk Indonesia, dimana pada agenda ke-5 adalah “Program Indonesia Sehat”. Dalam hal ini Presiden kemudian berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan di setiap Provinsi untuk merumuskan regulasi dan kebijakan di bidang kesehatan yang menunjang keberhasilan Program Indonesia Sehat tadi. Salah satu upaya untuk menyehatkan Indonesia adalah dengan mengajak masyarakat untuk GERMAS yaitu Gerakan Masyarakat untuk menerapkan hidup sehat.
Tujuan utama GERMAS ini tak lain adalah untuk mencapai pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat untuk setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 3 UU 36 Tahun 2009). Upaya GERMAS antara lain : 1) peningkatan edukasi hidup sehat; 2) peningkatan kualitas lingkungan; 3) peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; 4) penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; 5) peningkatan perilaku hidup sehat; serta 6) peningkatan aktivitas fisik.
Drg Sulvy sapaan akrabnya mengungkapkan,”Ada 3 karakteriktik seseorang yang mempengaruhi perilakunya. Yaitu tak tahu, tak mau, atau tak mampu… “. Cara termudah untuk menciptakan tujuan luhur terwujudnya masyarakat sehat adalah dengan mengubah “Perilaku” diri sendiri, bagaimana cara kita membentuk perilaku yang baik. Drg Sulvy mengungkapkan bahwa menurut Teori H.L Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi paradigma hidup sehat seseorang, antara lain genetik, lingkungan, Perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor ini faktor perilaku seseorang juga mempunyai peranan aktif dalam menunjang tingkat kesehatan seseorang itu sendiri. Perilaku sebagaimana dibentuk sejak kecil dalam lingkup keluarga, selanjutnya pada tingkat pendidikan hingga pergaulan seseorang sangat mempengaruhi bagaimana perilaku seseorang. Perilaku inilah yang kemudian mempunyai andil besar dalam merubah derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Global Nutrition Report Tahun 2014, Indonesia termasuk dalam 17 Negara dengan 3 masalah utama gizi. Berdasarkan survey 37,2% balita Indonesia pendek (stunting), 12,1% balitanya kurus, 11,9% balita kegemukan, dan 28,9% kegemukan pada penduduk dengan usia > 18 tahun. “Apa pengaruh buruknya derajat kesehatan di suatu negara? Yha.. pengaruhnya sangat luar biasa tentunya…” ungkap drg Sulvy. Stunting pada balita mempengaruhi dan menghambat kemampuan intelegensia dan motorik anak. Akibatnya pada masa mendatang anak akan mudah terserang penyakit degenerative. Penyakit degenerative ini akan menyebabkan produktivitas penderitanya menurun sehingga meningkatkan pengangguran. Pengangguran inilah yang pada akhirnya akan membebani Negara.
Di akhir materinya, drg Sulvy mengajak seluruh peserta kuliah tamu untuk mulai melakukan evaluasi diri. Kita harus berkaca apakah diri kita sudah sehat dan sudah berperilaku “GERMAS”. Selanjutnya jika sudah menerapkan GERMAS pada diri sendiri, kita dapat menjadi role model di keluarga, selanjutnya mengajak dan memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada masyarakat luas untuk menerapkan GERMAS demi terwujudnya Indonesia Sehat. (Iid)