Kebidanan.umsida.ac.id – Preeklamsia dan eklamsia masih menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Kedua kondisi ini kerap disebut sebagai silent killer dalam dunia kebidanan karena gejalanya bisa muncul tiba-tiba dan menimbulkan komplikasi berat.
Dalam wawancara bersama Dr Rahfani Rosyidah S Keb Bd M Sc dosen kebidanan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), terungkap bagaimana deteksi dini, edukasi ibu hamil, serta peran bidan komprehensif dan profesional dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.
Memahami Bahaya Preeklamsia dan Eklamsia Sejak Awal Kehamilan

Preeklamsia adalah kondisi kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin setelah usia kehamilan 20 minggu. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi eklamsia, yaitu kejang yang timbul pada ibu hamil akibat preeklamsia.
“Kondisi ini sangat membahayakan karena dapat menyebabkan komplikasi seperti gangguan fungsi hati dan ginjal, solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hingga kematian,” jelas Dr Rahfani.
Menurut Dosen S1 Kebidanan dan Profesi Bidan tersebut, gejala awal yang harus diwaspadai meliputi:
- Tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg)
- Pembengkakan mendadak di wajah, tangan, atau kaki
- Sakit kepala hebat dan menetap
- Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur atau kilatan cahaya
- Nyeri di ulu hati atau perut kanan atas
- Penurunan jumlah urin
“Bila gejala-gejala ini muncul, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan,” tegasnya.
Pentingnya deteksi sejak dini ditegaskan oleh Dr Rahfani sebagai bagian dari pemeriksaan antenatal care (ANC) yang berkualitas dan teratur.
Pemeriksaan tekanan darah, tes urin, pemantauan berat badan, serta pengkajian faktor risiko seperti usia ibu, riwayat hipertensi, obesitas, dan penyakit penyerta menjadi indikator kunci yang dapat dilakukan oleh bidan.
Peran Penting Bidan dalam Deteksi dan Penanganan Kegawatdaruratan
“Bidan memiliki peran sentral sebagai garda terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan ibu,” kata Dr. Rahfani. Deteksi dini yang dilakukan oleh bidan mampu mencegah kondisi memburuk, terutama saat preeklamsia berkembang menjadi eklamsia.
Bidan dapat mengenali gejala melalui pemeriksaan tekanan darah dan proteinuria (adanya protein dalam urin). Bila ditemukan indikasi preeklamsia berat, langkah pertama yang dilakukan adalah menstabilkan kondisi ibu, misalnya dengan pemberian oksigen, posisi miring kiri, dan pemantauan ketat terhadap tekanan darah serta tanda vital lain.
Dalam kasus eklamsia yang sudah menunjukkan kejang, tindakan pemberian magnesium sulfat serta rujukan segera ke rumah sakit rujukan menjadi tindakan penyelamatan jiwa.
“Bidan tidak bekerja sendiri. Mereka harus mampu mengenali kondisi gawat darurat dan mengambil keputusan klinis dengan cepat, kemudian berkoordinasi dengan tim medis lainnya,” tutur dosen kebidanan tersebut.
Hal ini menegaskan pentingnya penguatan kapasitas bidan sebagai tenaga kesehatan yang komprehensif dan profesional, tidak hanya dalam pelayanan dasar, tapi juga dalam pengambilan keputusan kegawatdaruratan.
Edukasi, Gaya Hidup, dan Kolaborasi Keluarga Jadi Kunci Pencegahan
Tidak semua kasus preeklamsia dapat dicegah, karena hingga kini penyebab pasti dari kondisi ini masih menjadi misteri dalam dunia medis.
Namun, risiko komplikasi dapat ditekan jika dilakukan edukasi sejak awal kehamilan. “Edukasi kepada ibu dan keluarga adalah pondasi penting dalam upaya pencegahan,” ungkap Dr. Rahfani.
Beberapa edukasi penting yang harus disampaikan bidan meliputi:
- Pentingnya pemeriksaan kehamilan rutin (ANC)
- Pengenalan gejala awal preeklamsia
- Gaya hidup sehat, istirahat cukup, dan pengelolaan stres
- Nutrisi seimbang, khususnya konsumsi kalsium, antioksidan, dan protein
- Peran keluarga dalam mendukung kondisi emosional dan fisik ibu
Baca Juga : Kebidanan Umsida Ungkap Malnutrisi dan Anemia pada Ibu Hamil, Waspada Dampak pada Kesehatan Ibu dan janin
Menurutnya, pola makan yang tinggi lemak jenuh, konsumsi garam berlebihan, dan gaya hidup tidak aktif dapat memperbesar resiko komplikasi. Ia menganjurkan ibu hamil melakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki, serta menghindari rokok dan alkohol. Berat badan juga harus dijaga tetap ideal sebelum dan selama kehamilan.
Sebagai penutup wawancara, Dr. Rahfani menyampaikan imbauannya kepada masyarakat dan mahasiswa kebidanan.
“Preeklamsia adalah musuh diam-diam yang sering tidak disadari. Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci. Mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya ANC teratur, edukasi ibu dan keluarga, serta pemberdayaan peran bidan sebagai garda terdepan. Mahasiswa kebidanan juga harus membekali diri dengan ilmu, empati, dan keterampilan klinis yang kuat untuk mencegah kematian ibu yang seharusnya bisa dicegah,” Tuturnya dengan tegas.
Penulis : Novia