kebidanan.umsida.ac.id- Paparan sipermetrin, sebuah pestisida sintetik dari golongan pyrethroid, dapat menimbulkan efek berbahaya pada sistem endokrin manusia dan hewan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) mengungkapkan bahwa paparan sipermetrin dapat menurunkan kadar estradiol serum dan meningkatkan kadar malondialdehyde (MDA) pada uterus tikus betina galur Wistar. Temuan ini memberikan wawasan baru dalam pengelolaan dampak paparan pestisida terhadap kesehatan reproduksi dan peningkatan stres oksidatif.
Dampak Paparan Sipermetrin pada Hormon dan Kesehatan Reproduksi
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan organisme pengganggu tanaman, namun penggunaannya berisiko menyebabkan gangguan pada sistem hormonal manusia dan hewan. Salah satu endocrine disrupting chemicals (EDC) yang menarik perhatian adalah sipermetrin, yang telah terbukti mengganggu fungsi hormon. Di dalam tubuh, pestisida ini dapat bertindak sebagai agonis estrogen, mengikat reseptor estrogen dan memengaruhi sistem reproduksi.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh paparan sipermetrin per oral pada 17β estradiol serum dan malondialdehyde (MDA) dalam uterus tikus betina. Estradiol adalah hormon estrogen yang berperan penting dalam pengaturan siklus menstruasi dan fungsi reproduksi, sementara MDA adalah produk sampingan dari lipid peroksidasi, yang merupakan indikator utama dari stres oksidatif.
Metode Penelitian dan Hasil Temuan
Metode Penelitian:
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni dengan post-test only control group. 24 tikus betina Wistar dibagi menjadi empat kelompok: satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing menerima sipermetrin dengan dosis 5, 10, dan 20 mg/kg selama 28 hari. Setelah periode paparan, sampel darah diambil untuk mengukur kadar estradiol 17β menggunakan metode ELISA, dan organ uterus diambil untuk pengukuran MDA menggunakan metode spektrofotometri.
Hasil Penelitian:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan sipermetrin menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar estradiol 17β serum, diikuti dengan peningkatan kadar MDA pada uterus tikus. Pada kelompok yang terpapar dosis lebih tinggi, penurunan estradiol dan peningkatan MDA lebih jelas terlihat, dengan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.000).
Hasil ini menunjukkan bahwa sipermetrin berpotensi mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh dan menyebabkan stres oksidatif, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan dan gangguan reproduksi.
Implikasi Paparan Sipermetrin terhadap Kesehatan Reproduksi dan Stres Oksidatif
Sipermetrin adalah salah satu contoh endocrine disruptor yang dapat memengaruhi sistem reproduksi dengan mengurangi kadar estradiol yang penting dalam regulasi fungsi ovarium. Penurunan hormon ini dapat berdampak pada kesuburan dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Selain itu, peningkatan MDA dalam uterus menunjukkan bahwa paparan sipermetrin menyebabkan stres oksidatif yang berpotensi merusak sel-sel tubuh, termasuk sel ovarium.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa stress oksidatif dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, seperti penurunan kualitas telur, infertilitas, dan bahkan kanker. Dengan meningkatnya paparan bahan kimia semacam ini di lingkungan, penting untuk melakukan upaya pencegahan melalui pendidikan dan regulasi penggunaan pestisida yang lebih ketat, serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai potensi bahaya paparan bahan kimia ini.
Manfaat Penelitian untuk Kesehatan Masyarakat:
Penelitian ini memiliki implikasi penting untuk pengelolaan kesehatan, khususnya dalam mengurangi dampak pestisida terhadap kesehatan reproduksi. Hasilnya menunjukkan pentingnya pengawasan terhadap penggunaan sipermetrin dan jenis pestisida lainnya, serta penerapan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi paparan pestisida pada manusia dan hewan.
Paparan sipermetrin terbukti dapat mengganggu sistem hormonal tubuh dengan menurunkan kadar estradiol 17β dan meningkatkan kadar malondialdehyde (MDA) pada uterus, yang menunjukkan adanya stres oksidatif. Temuan ini menekankan pentingnya perlindungan terhadap kesehatan manusia dan hewan dari paparan bahan kimia yang dapat mengganggu sistem endokrin.
Sumber : Hesty Widowati
Penulis : Novia