Kebidanan.umsida.ac.id – Posyandu di Desa Ketajen Gedangan, Sidoarjo, menonjol sebagai salah satu inisiatif kesehatan masyarakat yang berfokus pada anak balita. Kegiatan ini tidak hanya menjadi pusat informasi kesehatan bagi ibu dan anak, tetapi juga berperan penting dalam mencegah gizi buruk dan memantau tumbuh kembang balita. Berdasarkan penelitian, berikut adalah delapan keunggulan utama posyandu di Desa Ketajen yang membuatnya menjadi model pelayanan kesehatan masyarakat.
Baca juga: Spotting pada KB Suntik: Apa Dampaknya terhadap Penggunaan Jangka Panjang?
1. Tingkat Pengetahuan Ibu yang Tinggi
Sebagian besar ibu balita di Desa Ketajen memiliki pengetahuan baik tentang pentingnya kunjungan ke posyandu, dengan 86% ibu memahami manfaatnya. Hal ini berkontribusi besar terhadap kesadaran mereka untuk rutin memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Informasi yang mereka dapatkan melalui promosi kesehatan dan pengalaman langsung berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak mereka.
2. Sikap Positif Ibu terhadap Posyandu
Pengetahuan yang baik berbanding lurus dengan sikap positif. Sebanyak 89,7% ibu di Desa Ketajen menunjukkan sikap positif terhadap posyandu. Sikap ini menjadi motivasi utama mereka untuk membawa balita ke posyandu secara rutin, sehingga pertumbuhan anak-anak mereka terpantau dengan baik.
3. Dukungan dari Pendidikan Menengah yang Dominan
Sebagian besar ibu memiliki pendidikan menengah (76,3%), yang mendukung kemampuan mereka dalam memahami dan mencerna informasi kesehatan. Pendidikan ini berkontribusi dalam meningkatkan partisipasi mereka dalam berbagai program kesehatan yang ditawarkan oleh posyandu.
4. Kunjungan Rutin yang Konsisten
Sebanyak 75,3% ibu secara rutin membawa balita mereka ke posyandu. Konsistensi ini menunjukkan efektivitas pendekatan yang dilakukan oleh kader kesehatan dan bidan dalam memberikan edukasi serta memotivasi masyarakat untuk aktif memanfaatkan layanan posyandu.
5. Fokus pada Balita Usia Dini
Mayoritas balita yang datang ke posyandu berusia 12-24 bulan (45,3%). Usia ini merupakan periode emas dalam perkembangan anak. Dengan pemantauan yang baik di posyandu, risiko gizi buruk dan masalah kesehatan lainnya dapat diminimalkan secara signifikan.
6. Peran Besar Ibu Rumah Tangga
Sebagian besar ibu (57,7%) yang membawa balita ke posyandu adalah ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan memengaruhi partisipasi mereka. Ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk mendukung tumbuh kembang anak melalui kunjungan rutin ke posyandu.
7. Usia Ibu dalam Rentang Produktif
Sebanyak 82,5% ibu yang membawa anaknya ke posyandu berada dalam rentang usia produktif (di bawah 35 tahun). Rentang usia ini dianggap ideal untuk peran keibuan, karena mereka cenderung lebih aktif dan memiliki energi yang cukup untuk mendukung kegiatan kesehatan anak.
8. Komitmen dalam Penyediaan Layanan Berkualitas
Kegiatan posyandu di Desa Ketajen dilakukan secara rutin setiap bulan. Kader dan tenaga kesehatan bekerja sama untuk memberikan layanan terbaik, mulai dari pemantauan gizi hingga pemberian imunisasi yang sesuai jadwal. Kolaborasi ini menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap posyandu.
Meskipun menunjukkan berbagai keunggulan, beberapa tantangan masih dihadapi. Misalnya, ibu yang bekerja cenderung tidak rutin membawa balita ke posyandu, dan pendidikan formal yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan partisipasi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif, seperti penyuluhan di tempat kerja atau menggunakan teknologi untuk meningkatkan akses informasi.
Dengan memaksimalkan delapan keunggulan ini dan mengatasi tantangan yang ada, posyandu di Desa Ketajen dapat menjadi contoh keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Peran aktif masyarakat, didukung oleh inovasi dari tenaga kesehatan, menjadi kunci untuk mencapai target nasional kesehatan balita.
Sumber: Paramitha Amelia Kusumawardhani Predisposing Faktor Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Desa Ketajen Gedangan Sidoarjo
Penulis: Ayunda H